Mengenal Umbi-Umbian Hasil Bumi Desa Kedungbendo : Ubi Jalar

Ubi jalar (Ipomoea batatas) merupakan jenis ubi yang relatif tahan terhadap penyimpanan jika dibandingkan dengan jenis ubi lainnya bahkan kualitasnya meningkat dimana semakin lama disimpan maka rasanya semakin manis namun jika penyimpanannya tidak ditempat gelap akan bertumbuh tunas (Wargiono dan Richana 2002). Ubi jalar selain merupakan pangan sumber karbohidrat, juga kaya vitamin A (terutama pada kultivar berdaging umbi oranye) dan vitamin C serta mineral terutama zat besi (Fe), fosfor (P) dan kalsium (Ca). Ubi jalar juga mengandung protein dan lemak dalam konsentrasi rendah pada umbi, sedangkan daunnya kaya akan protein, vitamin dan mineral (Woolfe, 1992).

Berdasarkan data potensi Desa Kedungbendo (2020), Desa Kedungbendo memiliki lahan untuk ubi jalar seluas 3 Ha dengan produktivitas sebesar 4 ton/Ha. Ubi jalar merupakan salah satu umbi pilihan dalam rangka diversifikasi pangan dikarenakan pangan sumber karbohidrat serta mengandung nilai gizi yang berpengaruh positif terhadap kesehatan dimana mengandung probiotik, serat serta antioksidan (Hasyim dan Yusuf, 2009). Selain itu ubi jalar memiliki indeks glikemik yang rendah jika dibandingkan beras. Indek glikemik rendah berfungsi untuk mengendalikan kadar gula darah sehingga dapat membantu mencegah penyakit diabetes mellitus. Disamping itu ubi jalar juga memiliki kadar serat pangan yang tinggi sehingga direkomendasikan sebagai makanan diet. Beberapa bagian dari tanaman ubi jalar yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan yaitu pada bagian ubim pucuk batang serta daun. Beberapa peluang penganekaragaman jenis penggunaan ubijalar adalah: daun: sayuran, pakan ternak;
1. batang: bahan tanam;
2. kulit ubi: pakan ternak;
3. ubi segar: bahan makanan,
4. tepung: makanan; dan
5. pati: fermentasi, pakan ternak

Alternatif produk yang dapat dikembangkan dari ubijalar ada empat kelompok, yaitu:
1. Produk olahan dari ubijalar segar, seperti ubi rebus, ubi goreng, obi, timus, kolak, nogosari, getuk, dll,
2. Produk ubijalar siap santap, seperti saos, selai, keripik, hasil substitusi dengan tepung seperti biskuit, kue dan roti, bentuk olahan serupa dengan buah-buahan, seperti manisan dan asinan,
3. Produk ubijalar siap masak, umumnya berbentuk produk instan seperti chips, mi atau bihun,
4. Produk setengah jadi untuk bahan baku, umumnya bersifat kering, awet dan tahan disimpan lama, seperti irisan ubi kering (gaplek), tepung, tepung komposit dan pati.

DAFTAR PUSTAKA
Damardjati, D.S. dan S.Widowati, 1994. Pemanfaatan ubi jalar dalam program diversifikasi guna mensukseskan swasembada pangan. Dalam: Winarto, A., Y. Widodo, S.S. Antarlina, H. Pudjosantosa, dan Sumarno (Eds). Risalah Seminar Penerapan Teknologi Produksi dan Pascapnen Ubijalar untuk Mndukung Agroindustri. Edisi khusus Balittan, Malang. No 3:1–25.
Desa Kedungbendo. (2020). Data Potensi Desa Kedungbendo 2020. Pacitan: Desa Kedungbendo.
Hasyim, A. dan M. Yusuf. 2008. Diversifikasi produk ubijalar sebagai bahan pangan substitusi beras. Diakses pada 22 Juli 2020 di www.sinartani.com.
Wargiono, J. dan N. Richana. 2002. Pengaruh lama penyimpanan ubijalar varietas lokal cilembu terhadap perubahan kualitas. Dalam Jusuf, M.; Soejitno, J.; Sudaryono; Arsyad, D.M.; Rahmianna, A.A.; Heriyanto; Marwoto; Tastra, IK.; Adie, M.M.; Hermanto (Eds). Teknologi inovatif tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian mendukung ketahanan pangan. Risalah Seminar Hasil Penelitian, 25–26 Juni 2002. Malang : Balitkabi.
Woolfe, J.A. 1992. Sweet Potato: An Untapped Food Resource. Cambridge University : Cambridge University Press.

News Reporter